9 Risiko Investasi Saham dan Tips Mengatasinya

risiko investasi saham

Investasi saham tentunya dapat mendatangkan keuntungan bagi investor. Namun selama ini banyak orang yang terlalu banyak membicarakan manfaatnya, namun ada juga risiko investasi saham di baliknya yang perlu diperhatikan.

Memperhatikan risiko berinvestasi di saham seharusnya tidak menakuti investor. Namun, memahami risiko dapat membantu investor menghindari kerugian investasi yang besar dan bahkan menjaga agar hasil investasi mereka tidak berkurang karena risiko.

Oleh karena itu, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya hal tersebut di masa yang akan datang, diperlukan pemahaman yang lebih detail mengenai jenis risiko investasi saham tersebut. Berikut risiko investasi saham yang kami ulas dibawah ini.

9. Risiko Investasi Saham

1. Tidak Menerima Dividen

Perusahaan biasanya membayar dividen ketika mereka berkinerja baik. Namun, jika kinerja perusahaan memburuk atau menjadi merah, perusahaan tidak akan dapat membayar dividen.

2. Kerugian Modal

Berlawanan dengan capital gain, capital loss merupakan potensi kerugian akibat harga jual yang lebih rendah dari harga beli.

Investor dapat memilih untuk menjual dengan harga lebih rendah karena beberapa alasan, misalnya jika mereka kehilangan kepercayaan pada perusahaan karena kinerja yang buruk, atau jika mereka perlu segera menarik investasinya dan terpaksa menjual dengan harga lebih rendah.

3. Kebangkrutan

Risiko umum untuk semua bisnis adalah ketidakmampuan untuk membayar hutang mereka sampai kebangkrutan dinyatakan oleh pengadilan. Jika perusahaan bangkrut, investor hanya menerima sebagian dari sisa nilai aset setelah digunakan untuk melunasi berbagai utang.

Baca:  Cara Trading Crypto Harian untuk Pemula

Risiko investasi ekuitas jenis ini biasanya muncul ketika kinerja perusahaan buruk dan perusahaan tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk membayar hutangnya.

4. Likuiditas Ekuitas

Saham suatu perusahaan dikatakan likuid jika saham tersebut mudah diperdagangkan di pasar saham.

Di sisi lain, ada juga galur yang disebut galur tidur. Dengan kata lain, volume perdagangan saham-saham tersebut belum banyak diperdagangkan karena rendahnya minat investor terhadap saham-saham tersebut.

Risiko ini mungkin kurang menjadi perhatian bagi investor jangka panjang. Namun, likuiditas yang rendah merupakan masalah bagi investor jangka pendek dan mereka yang sering berdagang.

5. Forced Delisting

Ini adalah situasi di mana saham perusahaan terpaksa keluar dari perdagangan di BEI. Hal ini terjadi karena perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang buruk atau perusahaan tersebut melanggar peraturan BEI.

6. Suspensi

Ada suatu masa ketika saham perusahaan dihentikan karena suatu alasan. Hal ini dikenal dengan risiko outage dan biasanya disebabkan oleh volume perdagangan yang tidak normal atau karena perusahaan melanggar ketentuan laporan keuangan atau peraturan BEI.

Beberapa mungkin penangguhan sementara, akan tetapi ada pula yang diperpanjang. Investor dapat berdagang lagi nanti, jadi penghentian sementara mungkin tidak terlalu mengkhawatirkan.

Namun, moratorium tanpa tanggal akhir yang jelas dapat menimbulkan risiko yang signifikan karena investor sama sekali tidak dapat menjual saham tanpa tenggat waktu yang jelas.

7. Saham Dihapus dari BEI

Karena alasan tertentu, saham dapat dihapuskan (delisted) dari bursa dan akhirnya saham tersebut tidak lagi dapat diperdagangkan (kekurangan likuiditas).

8. Risiko Pasar (Risiko Sistematis)

Risiko sistematis adalah risiko yang memengaruhi kinerja pasar secara keseluruhan, bukan hanya saham atau perusahaan tertentu.

Baca:  Apa Itu Pivot Point dan Cara Menghitungnya

Risiko investasi saham jenis ini sering disebut sebagai risiko yang tidak terhindarkan, yang artinya mempengaruhi semua investor tanpa kecuali, baik pemula maupun berpengalaman.

Contoh risiko pasar adalah perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah, dan kondisi sosial politik di suatu negara. Risiko ini dapat mempengaruhi pergerakan harga saham secara keseluruhan, apapun jenis sahamnya.

9. Risiko Bawaan (Risiko non Sistematik):

Risiko inheren adalah risiko yang benar-benar dialami perusahaan, seperti risiko pesaing baru, risiko manufaktur atau kesalahan produksi. Risiko ini dapat diminimalisirkan bagi  investor.

Investor berpengalaman biasanya lebih baik dalam menangani risiko bawaan. Ini karena kemampuan mereka untuk membedakan antara perusahaan berkinerja tinggi dan yang tidak.

Cara Mengatasi Risiko dalam Investasi Saham

Untuk mengatasi berbagai risiko investasi saham tersebut di atas, investor dapat melakukan beberapa langkah untuk mengatasinya.

1. Gunakan Indikator Teknis yang Tepat

Investor dengan horizon investasi yang pendek atau aktivitas perdagangan yang tinggi dianjurkan untuk mempelajari indikator teknikal untuk menganalisis pergerakan harga saham.

Dalam jangka pendek, kinerja suatu investasi sangat bergantung pada penawaran dan permintaan berdasarkan harga pasar.

Oleh karena itu indikator teknis sangat diperlukan. Trading menjadi lebih berisiko ketika Anda tidak tahu ke mana arah harga dalam jangka pendek.

Indikator yang tersedia antara lain Bollinger Bands, Moving Averages, Fibonacci, dan lainnya. Selain itu, pengetahuan tentang cara membaca kandil dengan benar sangat membantu.

2. Pelajari Dasar-dasar Perusahaan

Fundamental perusahaan mungkin tidak terlalu penting untuk investor jangka pendek, tetapi bagi investor jangka panjang, fundamental sangatlah penting. Ini dikarenakan harga di masa depan akan ditentukan oleh fundamental perusahaan.

Ada beberapa cara dalam memahami fundamental diantaranya memahami posisi keuangan dan kinerja perusahaan melalui laporan tahunan dan triwulanan yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Baca:  10 Investasi Online yang Menjanjikan di Era Digital

Selain itu, sumber informasi pihak ketiga, seperti teman dan rekan yang terkait dengan perusahaan, juga membantu menilai kinerja perusahaan.

3. Memahami Psikolog Trading

Tidak hanya meneliti harga dan fundamental perusahaan, faktor yang sama pentingnya yaitu memahami psikologi trading itu sendiri. Ini penting karena keputusan beli dan jual dibuat oleh pelaku pasar.

Misalnya, setelah menganalisis suatu saham, Anda mungkin menyimpulkan bahwa sekaranglah waktu yang tepat untuk membeli karena harganya sedang bagus. Tetapi investor menginginkan lebih banyak potongan harga, jadi mereka menunggu lebih banyak penurunan harga.

Tetapi bagaimana jika harganya naik secara signifikan? Jika demikian, Anda akan kehilangan kesempatan untuk membeli dengan harga yang bagus.

Dengan demikian, sangat penting untuk memahami investor itu sendiri dan memberikan ekspektasi untung/rugi yang sesuai untuk investasi mereka.