Syarif Syarif adalah seorang digital marketer, content writer dan trader. Ia memiliki pengalaman dalam menulis konten dan mengoptimalkan website. Ia juga memiliki pengalaman dalam trading saham dan forex.

22 Kesalahan Investasi Saham yang Dilakukan Investor

7 min read

kesalahan investasi saham

Ada banyak kesalahan dalam investasi saham yang biasa dilakukan investor. Saham adalah investasi berisiko tinggi dan pengembalian tinggi. Ada sedikit perbedaan antara pro dan kontra dari skala perbandingan resiko. Selain itu, tren penurunan dan kenaikan harga saham tidak akan berubah dalam beberapa hari bahkan jam.

Namun, iming-iming godaan keuntungan untuk bermain-main dengan saham terkadang dapat mencegah orang yang kurang berhati-hati dalam berinvestasi di saham. Jika ingin berinvestasi saham, ketahui kesalahan investor saham yang dilakukan sebelumnya. Inilah 22 kesalahan investor yang perlu Anda hindari.

Kesalahan Investasi Saham yang Dilakukan Investor

1. Berharap Banyak

Aturan utama yang berlaku untuk berinvestasi adalah semakin tinggi risiko yang bersedia Anda ambil, semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang akan Anda terima.

Oleh karena itu, jika Anda tidak memiliki keberanian untuk berinvestasi pada instrumen berisiko tinggi, sangatlah tidak mungkin untuk mengharapkan tingkat pengembalian yang tinggi.

2. Tidak ada Tujuan Investasi

Tujuan berinvestasi ada kaitanya dengan jumlah uang yang diinginkan untuk masa depan, waktu pengembalian investasi serta tingkat risiko dalam investasi yang berani Anda ambil dan tanggung sendiri.

Jika tujuan Anda membutuhkan dana pendidikan anak Anda dalam 10 hingga 15 tahun dari sekarang, maka berinvestasi di saham atau reksa dana saham adalah pilihan yang tepat.

Namun, jika Anda berencana berinvestasi pada dana liburan atau membeli gadget dalam 1-2 tahun ke depan, maka investasi pinjaman peer-to-peer bisa jadi pilihan yang tepat.

3. Tidak Melakukan Diversifikasi Investasi

Diversifikasi mengacu pada diversifikasi portofolio investasi Anda menjadi berbagai jenis risiko investasi yang ada untuk mengurangi tingkat kemungkinan kerugian.

Misalnya, Anda menyebarkan investasi Anda pada saham, real estat, obligasi, pinjaman peer-to-peer, dan logam mulia. Ketika nilai satu alat investasi turun, jenis investasi lain dapat menggantikan kerugian Anda.

Jika semua uang diinvestasikan dalam satu alat investasi, maka hal seperti itu tentunya tidak akan didapat.

4. Salah Menilai Kinerja

Seperti yang telah disebutkan di atas, beberapa instrumen investasi dapat memberikan hasil jangka panjang terbaik, seperti saham, dan beberapa dapat memberikan hasil investasi jangka pendek terbaik dalam waktu 3 tahun.

Jika Anda saat ini berinvestasi di pasar saham dan melihat bahwa bursa berfluktuasi dan cenderung menurun dalam 1-2 tahun, jangan panik.

Sangat wajar jika saham mengalami volatilitas dalam jangka pendek, itulah sebabnya jenis investasi ini lebih cocok untuk tujuan keuangan jangka panjang dalam 10 tahun ke atas.

5. Tidak Mengevaluasi Investasi Secara Berkala

Sekalipun investasi itu untuk masa depan, investasi itu harus diperiksa atau dievaluasi secara berkala. Kita harus memeriksa investasi secara rutin dan terus menerus setidaknya setiap tiga bulan.

6. Anda Salah Menghitung Risikonya

Tidak ada investasi sama sekali tidak beresiko, Semua jenis investasi pasti ada resikonya, dan perbedaannya hanya terletak pada tingkat resikonya saja. Jika Anda masih muda dan memiliki toleransi risiko yang agresif, mengambil risiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi tidak akan membantu.

Jika Anda belum yakin dengan jenis risiko yang akan diambil, maka sebaiknya ketahui dulu tujuan investasi Anda dan durasi investasi.

7. Tidak Memperhitungkan Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga secara umum dalam perekonomian, yang berdampak pada daya beli masyarakat. Inilah salah satu alasan mengapa nilai mata uang Anda menurun dari tahun ke tahun.

Jika Anda meninggalkan uang Anda dalam bentuk tabungan tanpa mempertimbangkan tingkat inflasi, jangan heran jika nilai uang yang Anda miliki semakin menurun.

Rata-rata tingkat inflasi di Indonesia berkisar antara 3-8% per tahun. Sebagai investor yang cerdas, Anda pasti bisa menemukan instrumen investasi yang memiliki tingkat pengembalian lebih tinggi daripada inflasi.

8. Terpaku dengan Satu Saham

Jika fokus dengan satu saham saja, ini cukup berbahaya dikarenakan akan membuat investor menjadi tidak memiliki alasan ketikda sedang mengevaluasi sahamnya. Ketika seorang investor jatuh cinta pada saham, dia cenderung mengabaikan berita buruk tentang saham favoritnya dan hanya ingin mendengar kabar baik (bias konfirmasi).

Gunakan saham sebagai media atau alat yang dapat memandu Anda untuk mencapai tujuan finansial Anda, namun jangan terlalu terobsesi dengan saham, karena pada akhirnya Anda akan tetap melepas saham tersebut untuk mencapai tujuan finansial Anda.

9. Tidak Memahami Fundamental

Fundamental perusahaan harus menjadi analisa fundamental dari keputusan membeli saham. Sayangnya, banyak investor lebih suka melihat tren transien dalam analisis teknikal. Keinginan cepat untung di pasar modal membuat investor saham cenderung mengabaikan fundamental perusahaan.

Dengan demikina, ada untung rugi pada perusahaan yang menjadi pemicu tentang harga saham dan ini tergantung terhadap fundamental perusahaan. Jika mengabaikan fundamental, bisa dibayangkan risiko yang dihadapi investor.

10. Putus Asa

Memiliki saham berarti memiliki sebagian kecil dari bisnis. Berinvestasi di saham bisa serupa dengan berbisnis. Anda juga harus siap menghadapi risiko, yaitu ketidakpastian.

Artinya, Anda tidak hanya harus siap untuk untung, tetapi juga bersiap untuk risiko kerugian. Pengusaha sukses dan investor saham pernah mengalami kendala dalam menjalankan bisnisnya.

Ketika Anda, sebagai investor saham pemula, melakukan kesalahan dalam berinvestasi, jangan menyerah dan tinggalkan pasar begitu saja. Belajar dari kegagalan ini dan perbaiki metode investasi, sehingga Anda bisa menjadi investor yang cerdas.

11. Tergiur Saham Murah, Tetapi Tidak Berpotensi

Sebagai hukum bisnis, investor ingin mendapatkan harga rendah dan menjual pada saat harga tinggi. Pasar saham tidak terkecuali. Sayangnya, banyak investor pemula yang salah paham dengan strategi investasi ini dengan membeli saham dengan harga murah, namun nyatanya saham tersebut berasal dari perusahaan yang berkinerja buruk.

Alasan investor pemula didorong untuk membeli saham dengan harga murah adalah karena modal yang terbatas. Banyak investor pemula telah membeli banyak saham bernilai kecil dengan harapan mendapat banyak keuntungan, meski tindakan investasi semacam itu seringkali merugikan.

Laba atas investasi Anda tidak bergantung pada berapa banyak saham yang Anda miliki, tetapi pada masa depan perusahaan tempat Anda memiliki saham. Jika Anda membeli beberapa saham dengan imbal hasil tinggi, Anda memiliki peluang untung lebih besar daripada membeli ribuan saham lepas.

12. Takut Membeli saham Ketika Pasar Jatuh

Kondisi ekonomi berubah secara berkala, terkadang di atas dan juga di bawah. Ketika kondisi perekonomian sedang baik, pasar saham menjadi bergairah dan menaikkan harga saham (bullish). Saat pasar sedang bullish, investor juga cenderung membeli saham. Sebaliknya, ketika perekonomian memburuk, pasar saham akan melemah dan investor menjadi pesimis.

Ketika nilainya akan turun atau Bearish, ini akan mempengaruhi mengenai harga saham. Jika kita perhatikan lebih dekat, pasar menawarkan peluang investasi untuk membeli saham-saham bagus dengan harga rendah.

Misalnya, di awal tahun 2016, persediaan komoditas batu bara mengalami tekanan, dan nilainya jauh lebih rendah daripada persediaannya. Ketika ekonomi membaik dan harga batubara kembali naik, stok ini akan kembali ke harga normal. Bagi investor saham yang cerdas, ini adalah peluang besar.

13. Terjebak pada Transaksi Jangka Pendek

Trading jangka pendek (short selling) memang menggiurkan. Seperti yang dapat Anda bayangkan, jika Anda memiliki banyak uang hanya dalam beberapa menit, Anda dapat menghasilkan keuntungan jutaan melalui sistem seperti itu.

Tetapi kenyataannya adalah bahwa transaksi semacam itu sangat memakan waktu, energik, dan juga emosional. Selain itu, risiko ancaman relatif besar. Harga berfluktuasi dengan cepat, membutuhkan investor saham berpengalaman untuk memiliki kemampuan mengendalikan emosi dan berdagang pada waktu yang tepat.

Sangat berbahaya bagi model trading seperti ini untuk menghasilkan keuntungan dalam waktu singkat. Padahal, untuk hasil terbaik, dalam jangka panjang, yakni tiga tahun atau lebih, pasar modal hampir selalu menghasilkan return yang positif.

14. Tidak Peduli pada Portofolio

Beberapa investor membeli sebuah perusahaan dan sengaja keluar dari perusahaan untuk jangka waktu yang lama. Beberapa tahun kemudian, perusahaan tersebut tumbuh dan sahamnya memperoleh keuntungan.

Sepintas, jenis investasi ini memang menguntungkan, namun nyatanya bukan cara investasi yang baik. Apa pun portofolio saham yang Anda miliki, Anda harus memantaunya secara rutin.

Tujuan kami adalah jika saham perusahaan yang Anda miliki menjadi lebih baik dan lebih baik, maka Anda dapat menambahkannya ke portofolio Anda untuk membuat potensi keuntungan lebih baik. Jika saham turun, Anda tidak akan terlambat Buat keputusan untuk menjual.

15. Mudah Panik

Panic selling terjadi karena investor heboh dengan penurunan harga saham. Dalam fenomena panic selling, investor ingin segera melepas sahamnya terlepas dari harganya, karena khawatir harga akan semakin turun.

Perilaku ini dipicu oleh emosi dan ketakutan daripada analisis rasional. Hindari membuang saham karena panik. Analisis saham yang ingin Anda jual, dan apakah saham tersebut masih layak dimiliki secara fundamental. ingat! Memiliki saham bagus seperti memiliki sekelompok kecil perusahaan yang baik. Mengapa menjualnya dengan harga rendah?

16. Takut Rugi

Menjadi terlalu berani sama berbahayanya dengan terlalu takut kehilangan investasi saham. Salah satu kebiasaan investor saham yang salah adalah menguangkan sedikit keuntungan, tetapi mereka sering tidak mau menanggung kerugian dan mengurangi saham yang “tenggelam”.

Sayangnya, ketika harga saham turun tajam, investor tetap menahan saham yang jatuh tanpa memperhatikan fundamentalnya dengan harapan harga kembali naik. Perilaku tersebut justru akan membuat investor mengalami kerugian yang lebih besar.

17. Salah Masuk Pasar

Di pasar saham cukup sensitif mengenai kondisi selain yang diberitakan oleh media, dan dapat naik atau turun tajam. Kepanikan pasar biasanya mengakibatkan harga saham menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Idealnya, harga saham harus proporsional dengan total modal dan prospek pendapatan perusahaan. Tindak lanjut pembelian saham yang dilakukan pada saat situasi pasar sedang bullish membuat investor kesulitan untuk membeli saham-saham dengan harga tinggi.

Investor ini biasanya terlalu optimis dan mengharapkan harga terus naik. Di sisi lain, dalam bear market, investor berubah menjadi pesimisme dan mencoba menjual saham pada saat seharusnya dibeli.

Investor saham yang sukses selalu berinvestasi atas dasar nilai intrinsik saham dan membeli saham murah atas dasar ini.

Saat harga pasar turun, mereka akan membeli saham perusahaan dengan fundamental yang lebih kuat dan kemudian menjualnya hanya saat harga lebih tinggi. Kuncinya adalah jangan membuat keputusan ekstrim saat kondisi pasar sedang bullish (volatilitas).

18. Salah dalam Mengikuti Tips Saham

Teknologi selalu mempermudahkan kita dalam mencari informasi dan komunikasi, salah satunya yaitu berbagi tips dalam jual beli saham. Sayangnya, tidak semua teknik berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Bagaimanapun, investasi tidak dapat berhasil atau gagal 100%.

Juga harus dipahami bahwa reputasi saja tidak menjamin masa depan perusahaan. Investor saham yang baik memiliki kestabilan emosi yang baik, sehingga sulit untuk menerima tip atau saran dari sumber yang tidak jelas tanpa terlebih dahulu menganalisisnya.

19. Langsung Modal Besar

Kesalahan investasi saham yang dilakukan oleh investor pemula adalah menggunakan modal dalam jumlah besar untuk berinvestasi langsung di saham. Penggunaan dana dalam jumlah besar biasanya dilakukan dengan harapan mendapat keuntungan berlipat ganda.

Bahkan dimungkinkan untuk memperoleh modal dalam jumlah besar dari dana lain (dana darurat, tabungan perkawinan, tabungan pendidikan, dll) yang sebenarnya digunakan untuk keperluan lain.

Ketika pasar bergejolak dan harga saham turun, investor saham akan mengalami banyak kerugian dan skala modal.

Karena ketakutan akan kehilangan sebagian aset karena jatuhnya harga saham, situasi ini menimbulkan perasaan sedih dan kecewa.

Meskipun harga saham-saham ini mungkin akan naik lagi di masa mendatang, sentimen negatif dapat menyebabkan perubahan sentimen sehingga memengaruhi keputusan investasi.

Bagi investor pemula, tidak salah untuk memulai investasi saham dengan modal yang relatif kecil dan secara bertahap mempelajari ilmu investasi selama proses adaptasi.

Sebagai alternatif untuk memiliki sejumlah (harga total) opsi investasi, investor pemula dapat menggunakan pembayaran cicilan untuk membeli saham pada interval tertentu (misalnya, bulanan), yang disebut biaya rata-rata.

20. Tidak Menganalisa

Kesalahan lain yang dilakukan oleh investor saham pemula adalah berinvestasi di saham tanpa analisis yang tepat (analisis fundamental atau teknis).

Banyak investor saham berpengalaman merekomendasikan untuk menganalisis saham. Salah satu tujuan analisis adalah untuk menentukan apakah saham layak dikoleksi. Proses belajar analisis saham butuh waktu yang lama.

21. Tidak Mengakui Kesalahan

Selain kesalahan umum di atas, investor saham juga dapat menemukan kesalahan lainnya dalam investasi saham. Tidak ada salahnya mengakui bahwa ini adalah “kesalahan” yang bisa menjadi pelajaran untuk masa depan.

Jika Anda tidak mengakui kesalahan Anda, investor percaya bahwa kesalahan masa lalu tidak penting. Oleh karena itu, tidak terjadi proses pembelajaran yang salah.

Dengan mengakui kesalahan saat investasi saham, investor dapat belajar dari kesalahan tersebut dan berusaha untuk tidak mengulanginya dalam keputusan investasi saham di masa depan. Membuat kesalahan adalah biasa.

Pengalaman melakukan kesalahan dapat memberikan kondisi untuk keputusan yang lebih baik di masa depan.

22. Tidak Mereview Secara Berkala

Kesalahan tidak secara teratur memeriksa kinerja saham atau tidak memantau portofolio. Perlu Anda ketahui bahwa hanya berinvestasi dan kemudian melakukannya saja tidaklah cukup. Namun, dalam kasus ini, Anda perlu melakukan pemeriksaan kinerja secara teratur.

Melalui review rutin, sebagai investor, Anda pasti akan lebih mudah membuat keputusan yang tepat. Ini untuk mencapai atau meningkatkan keuntungan yang akan Anda peroleh dan meminimalkan kerugian.

Dalam hal ini, jika saham yang Anda beli atau kinerja perusahaan menurun, maka Anda akan dapat menemukan jawabannya dengan cepat.

Selain itu, Anda dapat mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Oleh karena itu, melakukan inspeksi rutin atau memantau portofolio investasi Anda akan membantu Anda memahami kinerja saham dan berfungsi sebagai sinyal untuk tindakan yang tepat.

Inilah beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh investor pemula saat investasi saham. Semoga melalui penjelasan di atas, Anda dapat mengevaluasi beberapa kesalahan yang telah Anda lakukan dan menjadi investor baik lagi kedepannya.

Syarif Syarif adalah seorang digital marketer, content writer dan trader. Ia memiliki pengalaman dalam menulis konten dan mengoptimalkan website. Ia juga memiliki pengalaman dalam trading saham dan forex.